KISAH SADAKO DI JEPANG

19.18 |


Sadako Sasaki lahir pada 7 Januari 1943, hidupnya yang singkat berakhir pada tanggal 25 Oktober 1955. Ketika ia berusia dua tahun, sebuah bom atom dijatuhkan oleh Amerika Serikat di Hiroshima, Jepang. Sadako tinggal dekat Misasa Bridge di Hiroshima tempat bom atom itu dijatuhkan pada tanggal 6 Agustus 1945. Saat itu dia tak tahu bahwa dirinya telah menjadi korban radiasi pasca pemboman. 
Sadako adalah seorang anak yang cerdas, ceria, sangat energik, mungkin istilah yang tepat adalah "pecicilan", hingga orang tuanya selalu megingatkan agar ia duduk manis sebentar saja. Sadako sangat suka berlari-larian. Ia sangat menikmati menjadi bagian dari "tim lari estafet" di sekolahnya. Hingga dia tak memberitahu siapapun bahwa dia mulai merasakan pusing saat berlari. Satu saat, ia terjatuh di depan para guru, hingga dipanggillah orang tuanya datang ke sekolah. Tanggal 21 Februari 1955, Sadako mulai masuk rumah sakit. Sadako di diagnosa terjangkit leukimia sebagai dampak bom atom. Ibunnya menyebut sebagai "penyakit bom atom" (an atomic bomb disease).

Pada bulan November 1954, tumbuh cacar pada leher dan bagian belakang telinganya. Pada bulan Januari 1955, mulai timbul titik berwarna ungu pada kakinya. Pada tanggal 21 Februari 1955, Sadako harus di rawat di rumah sakit karena dokter mendiagnosa Sadako mengidap leukimia dan divonis hanya dapat hidup paling lama satu tahun.

Pada tanggal 3 Agustus 1955, seorang sahabat karib Sadako yang bernama Chizuko  Hamamoto datang menjenguk Sadako di rumah sakit dengan membawa kertas emas untuk membuat bangau kertas, karena berdasarkan kisah klasik Jepang, jika seseorang membuat seribu bangau kertas, maka permintaannya akan dikabulkan. Cerita yang berkembang menyebutkan bahwa Sadako hanya mampu menyelesaikan 644 bangau kertas sebelum kematiannya, dan sahabatnya meneruskan hingga 1.000 dan menguburkan semua bersama jasad Sadako. Cerita lain dari Hiroshima Peace Memorial Museum menyatakan bahwa pada akhir Agustus 1955, Sadako telah menyelesaikan 1.000 bangau kertas dan meneruskan untuk membuat lebih banyak lagi.

Sejak saat itu Sadako mulai membuat paper crane untuk meminta kesembuhan bagi dirinya. Untaian bangau kertas digantung di atas tempat tidurnya dengan seutas benang. Meskipun Sadako punya banyak waktu di rumah sakit untuk melipat bangau kertas, ia kehabisan kertas. Dia pun menggunakan medicine wrappings dan apa saja yang bisa ia pungut. Ia berkunjung ke kamar pasien lain untuk meminta kertas bekas bungkus bingkisan pengunjung yang datang mengunjungi pasien. Chizuko juga membawakan kertas untuknya. Sadako berkeinginan melipat 1.000 bangau kertas, tetapi sayang, ia hanya sanggup melipat 644 sebelum ajal menjemputnya.

Kondisi Sadako memburuk secara dramatis, membuat kedua orang tua dan saudara-saudaranya sedih melihatnya sekarat. Ibunya membuatkan sebuah kimono bercorak bunga sakura supaya dapay dipakainya sebelum ia meninggal. Saat itu Sadako merasa kondisinya membaik sehingga ia dibolehkan untuk pulang selama beberapa hari. Sadako berteman dengan seorang anak laki-laki bernama Kenji, seorang anak yatim, yang juga menderita leukimia tetapi sudah dalam stadium lanjut. Kenji sudah terkena dampak radiasi sejak ia dalam kandungan ibunya. sadako mencoba memberi Kenji harapan dengan kisah bangau emas (The golden crane story), tetapi Kenji sadar akan kenyataan bahwa waktunya sudah dekat. Ibunya sudah lebih dulu meninggal, dan ia sudah belajar bagaimana cara membaca diagram darahnya (blood charts) dan sudah tahu bahwa ia sudah dalam kondisi sekarat. Saat di rumah sakit, Sdako menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri kematian Kenji, dan ia sangat terpukul. Sadako tahu bahwa gilirannya pun akan segera tiba.

Setelah keluarganya memaksanya untuk memakan sesuatu, Sadako meminta teh hijau dan berkomentar "It's good." Kalimat itu adalah kalimat terakhirnya. Dikelilingi oleh keluarganya, Sadako meninggal dunia pada 25 Oktober 1955 pada usia 12 tahun. Teman-temannya menyelesaikan pembuatan bangau kertas sisdanya hingga genap terkumpul 1.000 bangau kertas dan menguburkannya bersama jasad Sadako.

Sepeninggal Sadako, teman-temannya menerbitkan suatu koleksi surat-surat untuk menggalang dana yang akan digunakan untuk membangun sebuah monumen peringatan bagi Sadako dan semua anak yang meninggal akibat efek bom atom. Pada tahun 1958 sebuah patung Sadako memegang bangau emas berdiri di Hiroshima Peace Memorial Park, bangsa Jepang menyebutnya dengan nama Genbaku Dome. Di kaki patung terdapat sebuah prasasti bertuliskan :
"This is our cry. This is our prayer. Peace on Earth:" "(Inilah jeritan kami. Inilah doa kami. Damai lah di bumi").
 Di Seattle Peace Park juag terdapat patung Sadako. Sadako telah menjadi simbol perdamaian perang nuklir, mengingatkan betapa bahayanya perang nuklir. Sadako juga menjadi pahlawan untuk gadis-gadis Jepang. Kisah hidupnya diceritakan di sekolah-sekolah Jepang saat memperingati pemboman Hiroshima. Sebagai dedikasi untuknya, penduduk Jepang merayakan 6 Agustus sebagai Nationa Peace Day.

Kisah Sadako menjadi terkenal pula di kalangan murid sekolah di luar Jepang karena ditulis menjadi sebuah novel. The Day of the Bomb ditulis penulis berkebangsaan Austria Karl Bruckner. Sadako and the Thousand Paper Cranes pertama kali diterbitkan pada tahun 1977 ditulis oleh Eleanor Coerr. Robert Jungk juga menulis Children of the Ashes, di dalamnya ditulis pula kisah Sadako. Setiap tahun, ribuan paper crane dikirim oleh anak-anak dan orang dewasa dari seluruh penjuru dunia ke Hiroshima Peace Memorial Park. Burung bangau merupakan simbol harapan untuk masa depan yang lebih baik yaitu perdamaian tanpa penderitaan.

Kisah Sadako dapat menjadi pengingat bagi kita apa yang terjadi akibat perang terlebih jika suatu negara memilih untuk menggunakan senjata nuklir.

Burung bangau di Jepang merupakan salah satu makhluk mistis atau suci (selain naga dan kura-kura) yang dipercaya dapat hidup ribuan tahun. Thousan Origami Cranes (千羽鶴, Senbazuru) yaitu sebutan untaian sribu origami bangau kertas yang disatukan dengan benang. Ada sebuah legenda kuno Jepang yang konon menjanjikan bahwa siapapun yang dapat melihat seribu bangau origami akan dihadiahi "WISH" oleh sang bangau, seperti umur panjang, sembuh dari sakit.

Maka Senbazuru manjadi wedding gift yang populer untuk keluarga dan teman spesial. Si pemberi berharap pengantin mendapat seribu tahun kebahagiaan dan kesejahteraan. Dapat juga sebagai kado untuk bayi yang baru lahir agar berumur panjang dan mendapat keberuntungan. Menggantung Senbazuru di rumah dianggap membawa keberuntungan. Ada pula yang menggunakan sebagai match making untuk gadis-gadis Jepang saat berusia 16 tahun. Sang gadis akan membuat 1.000 bangau untuk diberikan kepada sang jaka yang dikaguminya.

Demikian artikel yang saya share kali ini. Semoga pembaca bisa mendapat manfaat dari artikel di atas. Jika ada saran dan komentar silahkan tuangkan di kotak komentar dibawah artikel ini. Terima kasih. Arigatougozaimasu minna.

Penulis by Admin Team Limited Edition : Yudhistira Nurkarwana
 
Read More

HANTU JEPANG KUCHISAKE ONNA

16.53 |


Dalam mitologi dan legenda urban Jepang ada sebuah kisah misteri yang tetap menjadi legenda hingga saat ini, yaitu tentang keberadaan Kuchisake Onna adalah sejenis siluman yang memiliki bentuk mulut yang robek. Dalam legenda urban Jepang, Kuchisake Onna disebutkan kerap menutup mulutnya menggunakan masker operasi dan sering terlihat di jalanan yang sepi.

Dalam perkembangannya, cerita hantu Jepang Kuchisake Onna kerap berubah dengan berbagai versi. Cerita tentang Kuchisake Onna juga dalam beberapa dekade terakhir telah menjadi inspirasi banyak orang untuk dijadikan kisah dalam anime dan manga dan juga film.

Kisah hantu Kuchisake Onna sendiri menurut legenda kuno yang beredar merupakan seorang wanita muda yang hidup pada zaman Heian. Dia disebutkan sebagai seorang istri atau selir samurai. ia dikaruniai wajah yang sangat cantik, tetapi memiliki sifat yang sombong. Kuchisake Onna juga disebutkan sering berselingkuh dibelakang suaminya. Suaminya merasa sangan cemburu dan dikhianati, oleh sebab itu suaminya kemudian menyerang dan membelah mulutnya dari telingan yang satu ke telinga yang lainnya. Kemudian suaminya berkata, "sekarang siapa yang akan berkata kau cantik?".

Kisah ahntu Kuchisake Onna dalam perkembangannya ada perubahan. Seperti pada legenda urban disebutkan bahwa Kuchisake Onna adalah seorang wanita korban operasi wajah yang gagal. Konon dokter yang mengoperasi wajahnya memakai pomade (jenis minyak rambut) dengan bau yang menusuk. Ketika sedang di operasi, ia tidak bisa tenang karena bau itu sehingga si dokter secara tidak sengaja memotong mulutnya hingga robek. Wanita itu menjadi histeris dan marah lalu membunuh dokter itu. Belakangan ia dibunuh oleh para penduduk kota dan menjadi hantu penasaran.

Selain itu, dalam cerita legenda urban terkait dengan keberadaan Kuchisake Onna ada beberapa versi yang menyebutkan tentang asal-usulnya, yaitu seperti misalnya:
Korban kecelakaan lalu lintas yang wajahnya rusak. Seorang wanita yang mengalami gangguan jiwa sehingga merobek mulutnya dengan benda tajam. Seorang wanita korban pemerkosaan yang mulutnya dirobek oleh si pemerkosa atau ia sendiri yang melakukannya setelah gila krena perkosaan itu. Seorang wanita yang leluhurnya memperoleh uang haram dengan menyembah siluman anjing sehingga anak cucunya dikutuk bermulut robek dan bila mati akan menjadi siluman.

Dalam cerita-cerita urban, Kuchisake Onna digambarkan selalu menutupi mulutnya yang robek dengan masker operasi dan sering bergentayangan di kota pada waktu malam, terutama ketika sedang berkabut. Bila bertemu seseorang (terutama anak-anak atau mahasiswa) di jalan yang sepi, ia akan bertanya, "Apakah saya cantik?". Bila menjawab "ya", ia akan membuka maskernya dan bertanya lagi, "Bahkan bila seperti ini?" Pada saat itu, bila si korban tetap menjawab tidak, maka ia akan dibunuh dengan gunting, golok, sabit, atau senjata lainnya. Bila si korban tetap menjawab "ya", Kuchisake Onna akan gembira dan membebaskannya, namun ada juga yang mengatakan bahwa walaupun si korban melakukan itu, Kuchisake Onna akan mengikuti korbannya sampai ke rumah dan membunuh korbannya di depan pintu rumah si korban. Bila korbannya wanita, Kuchisake Onna akan merobek mulut korbannya hingga serupa dengannya. bila korbannya anak-anak, ia akan memakannya.

Legenda urban yang populer pada tahun 1970-an mengatakan bahwa korban akan selamat bila ia menjawab "biasa saja". Sementara versi tahun 2000-an mengatakan bahwa korban akan selamat bila menjawab "lumayan" sehingga Kuchisake Onna bingung dan berpikir dulu apa yang akan ia lakukan, saat sedang bingung itulah korban mempunyai kesempatan untuk kabur. Versi alin menyatakan bahwa korban dapat balik bertanya kepada Kuchisake Onna "apakah saya juga cantik?" sehingga Kuchisake Onna akan bingung lalu pergi.

Cara lain untuk lolos dari Kuchisake Onna adalah dengan menawarkan permen keras berwarna kuning tua, karena ia manyukainya namun tidak bisa menikmatinya sehingga mengingatkannya lagi pada penderitaannya. Selain itu bisa juga dengan mengucapkan "Pomade" sebanyak tiga kali, ada yang menyebutkan enam kali. Ucapan itu akan membuatnya takut dan kabur karena mengingatkannya kembali pada ahli bedah yang merusak wajahnya. Korban juga bisa memakai pomade untuk mencegahnya mengikuti si korban.

Demikianlah cerita hantu jepang Kuchisake Onna. Kurang lebihnya saya minta maaf, bila ada kritik dan saran, silahkan tuangkan di kotak komentar dibawah ini. Arigatou minna.

Penulis by Admin Team Limited Edition (Yudhistira Nurkarwana)
Read More